Rabu, 15 Juni 2016

Jadi Anak Hukum?



 

“Wih, kuliah di jurusan hukum? Nanti pasti lulus langsung dapet kerja tuh! Duitnya kan banyak.”

“Kamu pasti pinter banget hapal undang-undang. Coba dong sebutin pasal ini...”

“Nanti kalo saya kena masalah, kamu bantu saya ya. Kan kamu anak hukum pasti pinter deh..”

Jujur, kadang kata-kata yang mereka lontarkan tentang ‘kuliah di jurusan hukum’ cukup memberatkan sekaligus membanggakan. Kadang saya sendiri berpikir bahwa apakah ini jurusan yang tepat untuk saya? Apakah ini yang benar-benar saya ingin lakukan? Karena harga yang harus dibayar itu sepadan dengan pengorbanan yang nanti saya lakukan saat proses kuliah. Entah itu memahami kasus, mempelajari kriminologi dan lain lain. Terlepas dari itu semua, menjadi anak hukum itu menyenangkan (menurut saya. walau belum sah, kan belum pesmaba hehehe)

Tapi, apa sih yang biasanya dipikirkan oleh orang-orang tentang #AnakHukum?
  1. Jago Menghapal Undang – Undang
Bro, undang-undang itu ada ratusan bahkan ribuan banyaknya. Nggak mungkin kita hapal semuanya. Peraturan hukum yang ada jumlahnya sangat banyak dan terus bertambah. Memang sih saya akan sedikit tahu sejumlah pasal-pasal penting maupun undang-undang yang paling diperhitungkan. Bahkan mungkin ada para jenius yang benar-benar bisa hapal semuanya. Hakim berpengalaman pun masih dipersilahkan menilik isi kitab perundangan karena memang mustahil kalau mau dihapalkan semua di luar kepala.

Selain hapal pasal di berbagai peraturan perundang-undangan, percaya atau enggak, anak hukum juga sangat detail memperhatikan setiap undang-undang dan isinya. Barang bawaan anak hukum di tas salah satunya adalah KUH Pidana, KUH Perdata atau undang-undang lainnya. Nah, kebanyang dong, betapa romantisnya anak hukum. Undang-undang aja diperhatiin, masa kamu enggak? *kibas KUHP*
  1. “Jangan kelewatan bercanda sama dia! Nanti kita dituntut.”
Orang juga sering menganggap bahwa anak hukum itu orang yang susah untuk diajak bercanda. Bawaanya serius mulu. Itu semua tergantung pada kepribadian masing-masing anaknya sih. Banyak kok anak hukum yang bawaannya suka ngelawak. Kadang kami ngelawak juga agar suasana nggak terlalu panas dan serius. Selain itu kadang lawakan kami juga ‘khas’ dengan sedikit sarkasme hehehe.
  1. “Kamu pasti nanti habis lulus kerja jadi pengacara kan?”
Salah satu aktivitas anak hukum adalah pembelaan, baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan. Prinsip anak hukum adalah membela keadilan dan hak asas manusia. Nah, pernah dong liat pengacara di pengadilan yang bersemangat membela kliennya, atau anak hukum yang mati-matian membela dan mengadvokasi masyarakat. Masih juga ragu sama anak hukum yang bakal belain kamu? Orang lain aja dibela, masa kamu engga? (Eh kok malah bahas ini?)

Kakak, ruang lingkup kerja lulusan hukum nggak cuman itu aja. Kuliah dan lulus dari Fakultas Hukum tidak lantas secara otomatis membuat kami bakal jadi praktisi hukum setelah lulus nantinya. Masih ada beberapa pendidikan dan ujian khusus yang harus dilakukan agar kami bisa mendapatkan gelar-gelar tertentu. Ada posisi-posisi lain yang juga bisa dijalani seperti konsultan, dosen, kerja di perusahaan atau bahkan ke lapangan yang sama sekali tidak berhubungan dengan hukum. Yang penting sesuai dengan kompetensi dan minat.

Saya sendiri berpikir untuk melamar kerja di kedutaan besar hehehe. Tetapi dunia pengacara juga menarik perhatian saya. Mungkin saja nanti setelah saya kuliah cita-cita saya berbeda lagi.

  1. Kamu Pasti Orang Batak Ya?
Anak hukum sering dikaitkan dengan ‘suku tertentu’. Seperti Suku Batak atau orang Sumatera. Contohnya Hotman Paris Hutapea. Padahal nyatanya nggak semua anak hukum berasal dari suku atau daerah tertentu. Diluar sana ada yang berasal dari suku atau daerah lain yang memang berminat pada dunia hukum. Ada juga yang bilang kalau orang Batak dan Sumatera itu dikenal keras dalam mempertahankan argumen mereka. Pokoknya bawaan mereka adalah keras. That’s why stereotipe hukum itu menempel pada mereka. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa saya ada darah Sumatera (Palembang).
  1. Berpendirian Kuat atau Selalu Merasa Paling Benar?
Kadang karena pengaruh lingkungan dan dosen yang menuntut kita harus tegas, pandai mempertahankan argumen dalam sidang semu, sifat ini jadi terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya orang beranggapan bahwa anak hukum itu keras kepala dan ngotot. Padahal kita merasa bahwa kita biasa aja. Dan orang jadi salah mengartikan menjadi selalu merasa paling benar. Kadang yang suka ngotot itu sensi karena hak atau kewajibannya diganggu. Lantaran paham akan hak dan kewajiban, keadilan adalah prioritas dan jaminan bagi anak hukum.

Ngomongin anak hukum kadang emang suka bikin geregetan ya. Kadang bisa lucu banget, kadang bisa serius banget sampe takut nantinya bakal dituntut. Tetapi, yakin deh kita anak hukum juga manusia biasa sama kayak manusia yang lainnya #tsaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar