“Wih, kuliah di jurusan hukum? Nanti pasti lulus langsung dapet kerja tuh! Duitnya kan banyak.”
“Kamu pasti pinter banget hapal undang-undang. Coba dong sebutin pasal ini...”
“Nanti kalo saya kena masalah, kamu bantu saya ya. Kan kamu anak hukum pasti pinter deh..”
Jujur,
kadang kata-kata yang mereka lontarkan tentang ‘kuliah di jurusan
hukum’ cukup memberatkan sekaligus membanggakan. Kadang saya sendiri
berpikir bahwa apakah ini jurusan yang tepat untuk saya? Apakah ini yang
benar-benar saya ingin lakukan? Karena harga yang harus dibayar itu
sepadan dengan pengorbanan yang nanti saya lakukan saat proses kuliah.
Entah itu memahami kasus, mempelajari kriminologi dan lain lain.
Terlepas dari itu semua, menjadi anak hukum itu menyenangkan (menurut
saya. walau belum sah, kan belum pesmaba hehehe)
Tapi, apa sih yang biasanya dipikirkan oleh orang-orang tentang #AnakHukum?
- Jago Menghapal Undang – Undang
Bro,
undang-undang itu ada ratusan bahkan ribuan banyaknya. Nggak mungkin
kita hapal semuanya. Peraturan hukum yang ada jumlahnya sangat banyak
dan terus bertambah. Memang sih saya akan sedikit tahu sejumlah
pasal-pasal penting maupun undang-undang yang paling diperhitungkan.
Bahkan mungkin ada para jenius yang benar-benar bisa hapal semuanya.
Hakim berpengalaman pun masih dipersilahkan menilik isi kitab
perundangan karena memang mustahil kalau mau dihapalkan semua di luar
kepala.
Selain
hapal pasal di berbagai peraturan perundang-undangan, percaya atau
enggak, anak hukum juga sangat detail memperhatikan setiap undang-undang
dan isinya. Barang bawaan anak hukum di tas salah satunya adalah KUH
Pidana, KUH Perdata atau undang-undang lainnya. Nah, kebanyang dong,
betapa romantisnya anak hukum. Undang-undang aja diperhatiin, masa kamu
enggak? *kibas KUHP*
- “Jangan kelewatan bercanda sama dia! Nanti kita dituntut.”
Orang
juga sering menganggap bahwa anak hukum itu orang yang susah untuk
diajak bercanda. Bawaanya serius mulu. Itu semua tergantung pada
kepribadian masing-masing anaknya sih. Banyak kok anak hukum yang
bawaannya suka ngelawak. Kadang kami ngelawak juga agar suasana nggak
terlalu panas dan serius. Selain itu kadang lawakan kami juga ‘khas’
dengan sedikit sarkasme hehehe.
- “Kamu pasti nanti habis lulus kerja jadi pengacara kan?”
Salah
satu aktivitas anak hukum adalah pembelaan, baik di dalam persidangan
maupun di luar persidangan. Prinsip anak hukum adalah membela keadilan
dan hak asas manusia. Nah, pernah dong liat pengacara di pengadilan yang
bersemangat membela kliennya, atau anak hukum yang mati-matian membela
dan mengadvokasi masyarakat. Masih juga ragu sama anak hukum yang bakal
belain kamu? Orang lain aja dibela, masa kamu engga? (Eh kok malah bahas
ini?)
Kakak,
ruang lingkup kerja lulusan hukum nggak cuman itu aja. Kuliah dan lulus
dari Fakultas Hukum tidak lantas secara otomatis membuat kami bakal
jadi praktisi hukum setelah lulus nantinya. Masih ada beberapa
pendidikan dan ujian khusus yang harus dilakukan agar kami bisa
mendapatkan gelar-gelar tertentu. Ada posisi-posisi lain yang juga bisa
dijalani seperti konsultan, dosen, kerja di perusahaan atau bahkan ke
lapangan yang sama sekali tidak berhubungan dengan hukum. Yang penting
sesuai dengan kompetensi dan minat.
Saya
sendiri berpikir untuk melamar kerja di kedutaan besar hehehe. Tetapi
dunia pengacara juga menarik perhatian saya. Mungkin saja nanti setelah
saya kuliah cita-cita saya berbeda lagi.
- Kamu Pasti Orang Batak Ya?
Anak
hukum sering dikaitkan dengan ‘suku tertentu’. Seperti Suku Batak atau
orang Sumatera. Contohnya Hotman Paris Hutapea. Padahal nyatanya nggak
semua anak hukum berasal dari suku atau daerah tertentu. Diluar sana ada
yang berasal dari suku atau daerah lain yang memang berminat pada dunia
hukum. Ada juga yang bilang kalau orang Batak dan Sumatera itu dikenal
keras dalam mempertahankan argumen mereka. Pokoknya bawaan mereka adalah
keras. That’s why stereotipe hukum itu menempel pada mereka. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa saya ada darah Sumatera (Palembang).
- Berpendirian Kuat atau Selalu Merasa Paling Benar?
Kadang
karena pengaruh lingkungan dan dosen yang menuntut kita harus tegas,
pandai mempertahankan argumen dalam sidang semu, sifat ini jadi terbawa
dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya orang beranggapan bahwa
anak hukum itu keras kepala dan ngotot. Padahal kita merasa bahwa kita
biasa aja. Dan orang jadi salah mengartikan menjadi selalu merasa paling
benar. Kadang yang suka ngotot itu sensi karena hak atau kewajibannya
diganggu. Lantaran paham akan hak dan kewajiban, keadilan adalah
prioritas dan jaminan bagi anak hukum.
Ngomongin
anak hukum kadang emang suka bikin geregetan ya. Kadang bisa lucu
banget, kadang bisa serius banget sampe takut nantinya bakal dituntut.
Tetapi, yakin deh kita anak hukum juga manusia biasa sama kayak manusia
yang lainnya #tsaah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar